PROFIL KECAMATAN PONJONG
Kecamatan Ponjong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang terletak di paling timur, dengan batas wilayah :
Utara : Kecamatan Semin
Timur : Kecamatan Wonogiri
Selatan : Kecamatan Rongkop
Barat : Kecamatan Semanu dan Kecamatan Karangmojo
Kecamatan Ponjong memiliki banyak tempat wisata. Khususnya wisata alam. Tempat - tempat wisata tersebut diantaranya :
1. Goa Lawa
Terletak di Desa Umbulrejo. Goa ini termasuk goa horisontal. Keindahan Goa Lawa patut diacungi jempol,namun seiring perusakan yang ada, keindahan Goa ini mulai pudar.
2. Bendungan Beton
Bendungan beton merupakan kumpulan air yang terbentuk menyerupai danau kecil akibat mata air yang dibendung. Mula - mula bendungan beton akan dimanfaatkan sebagai irigasi Desa Umbulrejo dan sekitar. Namun hingga saat ini Beton lebih berkembang sebagai objek wisata. Di Bendungan Beton dilengkapi adanya permainan flying fox, climbing, jembatan gantung, rumah makan ikan bakar, perahu bebek, pemancingan, dll.
Curahan uneg - uneg, ide, inspirasi, informasi, sarana komunikasi, dan hiburan, semoga tidak salah tulis dan membuat pihak lain tersakiti.
Saturday, May 8, 2010
Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono
Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono
Sajak Kecil tentang Cinta
Mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku
aku ingin
(Sapardi Djoko Damono, 1989)
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Dalam Diriku
dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya
dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya
dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya
dan karena hidup itu indah, aku menangis sepuas-puasnya
Ketika Jari-jari Bunga Terbuka
Ketika jari-jari bunga terbuka
mendadak terasa
betapa sengit
cinta kita
Cahaya bagai kabut-kabut cahaya
di langit menyisih awan hari ini
di bumi meriak sepi yang purba
Ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata
Suatu pagi
di sayap kupu-kupu
di sayap warna
Suara burung di ranting-ranting cuaca
bulu-bulu cahaya
Betapa parah cinta kita
Mabuk berjalan
di antara jerit bunga-bunga rekah
Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Nokturno
Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya
Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu …
Entah kapan kau bisa kutangkap
Buat Ning
(Sapardi Djoko Damono-1967)
pasti datangkah semua yang ditunggu…
detik-detik berjajar pada mistar yang panjang…
barangkali tanpa salam terlebih dahulu
Januari mengeras di tembok itu juga
lalu Desember
musim pun masak sebelum menyala cakrawala
tiba-tiba kita bergegas pada jemputan itu
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
Hutan Kelabu
Hutan kelabu dalam hujan
Lalu kembali kusebut kaupun kekasihku
Langit dimana berakhir setiap pandangan
Bermula keperihan, rindu itu
Temaram temasa padaku semata
Memutih dari seribu warna
Hujan senandung dalam hutan
Lalu kelabu,mengabut nyanyian
Dalam Bis
Langit di kaca jendela bergoyang
Terarah ke mana
Wajah di kaca jendela yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Lalu perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat
waktu henti ia tiada
Gadis Kecil
Ada gadis kecil diseberangkan gerimis
di tangan kanannya bergoyang payung
tangan kirinya mengibaskan tangis
di pinggir padang
ada pohon
dan seekor burung
Sajak Kecil tentang Cinta
Mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku
aku ingin
(Sapardi Djoko Damono, 1989)
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Dalam Diriku
dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya
dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya
dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya
dan karena hidup itu indah, aku menangis sepuas-puasnya
Ketika Jari-jari Bunga Terbuka
Ketika jari-jari bunga terbuka
mendadak terasa
betapa sengit
cinta kita
Cahaya bagai kabut-kabut cahaya
di langit menyisih awan hari ini
di bumi meriak sepi yang purba
Ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata
Suatu pagi
di sayap kupu-kupu
di sayap warna
Suara burung di ranting-ranting cuaca
bulu-bulu cahaya
Betapa parah cinta kita
Mabuk berjalan
di antara jerit bunga-bunga rekah
Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Nokturno
Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya
Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu …
Entah kapan kau bisa kutangkap
Buat Ning
(Sapardi Djoko Damono-1967)
pasti datangkah semua yang ditunggu…
detik-detik berjajar pada mistar yang panjang…
barangkali tanpa salam terlebih dahulu
Januari mengeras di tembok itu juga
lalu Desember
musim pun masak sebelum menyala cakrawala
tiba-tiba kita bergegas pada jemputan itu
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
Hutan Kelabu
Hutan kelabu dalam hujan
Lalu kembali kusebut kaupun kekasihku
Langit dimana berakhir setiap pandangan
Bermula keperihan, rindu itu
Temaram temasa padaku semata
Memutih dari seribu warna
Hujan senandung dalam hutan
Lalu kelabu,mengabut nyanyian
Dalam Bis
Langit di kaca jendela bergoyang
Terarah ke mana
Wajah di kaca jendela yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Lalu perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat
waktu henti ia tiada
Gadis Kecil
Ada gadis kecil diseberangkan gerimis
di tangan kanannya bergoyang payung
tangan kirinya mengibaskan tangis
di pinggir padang
ada pohon
dan seekor burung
Perilaku Burung Emprit
Perilaku Burung Emprit Menanggapi Rangsang Suara
Burung emprit atau sering disebut emprit bondol atau emprit sawah merupakan burung kecil yang banyak ditemukan di daerah persawahan. Burung ini adalah burung pemakan biji – bijian. Seperti burung lainnya, burung emprit juga menangggapi rangsang. Salah satunya adalah rangsang suara. Burung emprit menganggapi rangsang suara dengan bererilaku lebih aktif, ribut, melompat – lompat dan terbang.
Burung emprit atau sering disebut emprit bondol atau emprit sawah merupakan burung kecil yang banyak ditemukan di daerah persawahan. Burung ini adalah burung pemakan biji – bijian. Seperti burung lainnya, burung emprit juga menangggapi rangsang. Salah satunya adalah rangsang suara. Burung emprit menganggapi rangsang suara dengan bererilaku lebih aktif, ribut, melompat – lompat dan terbang.
Subscribe to:
Posts (Atom)