Friday, August 27, 2010

Keliling Praci

Hari Rabu, 25 Agustus kemarin merupakan hari yang cukup berkesan bagiku. Aku diberi kesempatan menikmati keindahan daerah Pracimantoro ( salah satu kecamatan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ). Meskipun terletak tidak jauh dari tempat saya tingal, namun baru kali ini aku dapat berkeliling Praci, mengunjungi tempat yang istimewa.

Dini hari, ketika kami sekeluarga sedang menikmati makan sahur, sebuah pesan masuk ke dalam kotak inbox handphoneku. Selesai makan sahur, segera kubuka pesan yang masuk. Ternyata sms dari Oktri, temanku yang paling ganteng di kelasku ( maklum cowoknya hanya satu ). Pesan itu berisi kabar bahwa dia akan mampir ke rumahku dan sekaligus akan mengajakku main ke rumahnya di Praci. Maklum sudah berkali – kali aku berhalangan untuk berkunjung ke rumahnya.


Seusai sahur dan salat subuh, aku melakukan kegiatan mencuci piring, menyapu lantai rumah, dan mencuci baju. Semua aktivitas itu saya lakukan lebih awal dari biasanya karena takut Oktri keburu datang sebelum semua pekerjaan rumah selesai. Pukul 8 pagi, semua sudah beres. Namun Oktri belum juga datang, padahal di dalam smsnya tadi, dia bilang akan datang sekitar jam 8. Akhirnya saya menyalakan televisi dan menonton salah satu program Trans TV. Kalau tidak salah Rangking 1.


Setelah 2 jam kemudian atau sekitar pukul 10.00, Oktri datang. Ternyata dia ketiduran sehingga telat datang. Aku lalu berkemas, namun sebelum kami berangkat, Oktri mengambil beberapa bibit tanaman di sekitar pekarangan rumahku. Maklum, Oktri adalah pecinta tanaman. Di manapun berada, dia akan mengambil bibit tanaman untuk di tanam di rumahnya. Aku salut juga kepada Oktri. Jaman sekarang, jarang anak muda yang punya hobi menanam tanaman. Dia ikut andil dalam hal penghijauan, mengurangi pemanasan global.


Oktri asyik mencari tanaman di depan rumah. Saya tak lupa memberitahu mbah putrid kalau Oktri datang. Mbah putri senang kalau Oktri datang. Katanya enak diajak ngobrol dan orangnya lucu. Selain itu ternyata masih ada hubungan keluarga juga antara mbah saya dengan mbah Oktri. Mbah putrid langsung bergegas ketika kuberitahu kalau Oktri datang. Mbah Putri lalu menemui Oktri di depan rumah ketika di sedang memetik tanaman menjangan.


Oktri lalu menyalami mbah putri dan mengobrol sejenak. Tak berapa lama, kami berpamitan karena takut kesiangan. Kami lalu berangkat menuju Praci. Aku membonceng Oktri. Hal yang termasuk jarang aku lakukan dengan laki – laki lain ( maklum lama menjomblo, hhehe ). Motor Beat melaju menuju Praci. Namun sebelumnya, kami mampir dulu ke objek wisata Gunung Kendil. Oktri ingin mampir karena belum pernah ke sana.


Gambar 1. Objek Wisata Gunung Kendil


Sesampainya di Gunung Kendil, suasana sepi. Hanya terlihat satu orang penjaga yang sedang bekerja di masjid. Kami lalu membeli tiket masuk. Harga tiket masuk untuk satu orang Rp 1000. Kami lalu menuju sumber mata air. Objek wisata Gunung Kendil terletak tidak jauh di sebelah timur kantor Kecamatan Ponjong. Objek ini merupakan mata air di atas bukit. Air ini kemudian digunakan untuk mengairi kolam renang yang dibangun di atas bukit ini . Selain itu air ini dapat digunakan untuk terapi berbagai penyakit.


Aku duduk di tempat duduk tepi kolam sambil menikmati pemandangan indah dari atas bukit. Oktri tentu saja mengambil gambar pemandangan dengan kamera handphonenya. O, ya, hobi Oktri yang kedua memang memotret berbagai peristiwa yang dia lalui. Dimanapun, kapanpun dan siapapun ( peace Oktri, hehe ). Tak bisa dihindari, akhirnya aku kena potret juga. Setelah puas menikmati keindahan Gunung Kendil, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Praci.


Rute yang kami lewati adalah melalui jalan Kuwon – Jaten. Jalan yang kami lalui sudah beraspal namun aspalnya sudah rusak. Lubang – lubang jalan ada di mana – mana. Setelah melewati jalan rusak, akhirnya kami sampai di jalan raya Ponjong - Bedoyo. Jalan ini halus, belum begitu banyak kerusakan yang terjadi. Lima belas menit kemudian kami sampai di Kawasan Museum Kars Dunia yang terletak di kecamatan Pracimantoro. Oktri terlebih dahulu membeli tiket untuk kami berdua. Tiketnya cukup murah, berdua Rp 1500. Setelah membeli tiket, Oktri memarkir motor. Dari parkiran, terlihat gedung museum yang megah di tengah hamparan bukit – bukit kapur. Sungguh indah.



Gambar 2. Museum Karst Dunia


Oktri ternyata tidak langsung mengajakku ke museum itu. Dia mengajakku ke Gua Tembus dahulu. Kami lalu berjalan menuju mulut belakang gua. Sesampainya di sana, kami mengambil gambar dahulu. Saya disuruh Oktri untuk diambil gambarnya di depan mulut gua. Malu juga difoto, tapi ya….akhirnya foto juga, hihi.

Gambar 3. Mulut belakang Gua Tembus


Setelah mengambil gambar di mulut gua, Oktri lalu mengajak saya masuk ke dalam gua. Kesan pertama yang saya alami adalah gelap. Beberapa langkah masuk ke dalam gua, aku takut dan kembali ke luar gua. Oktri menertawakan saya. Dia bilang bahwa nanti ada lampunya di dalam gua, selain itu katanya jaraknya hanya dekat dengan mulut bagian depan. Saya menyakinkan hati, membuang rasa takut yang masih menggelanyut. Aku lalu masuk ke dalam gua. Di dalam gua, ternyata memang ada lampu tapi tidak terlalu terang. Hal yang cukup melegakan, kami sudah sampai di mulut gua bagian depan. Ternyata jaraknya memang dekat antara tembusan mulut belakang dengan mulut bagian depan gua.

Gambar 4. Mulut bagian depan Gua Tembus


Setelah menyusuri Gua Tembus, kami lalu melanjutkan perjalanan. Objek kedua yang kami kunjungi adalah gedung Museum Karst Dunia. Dari kejauhan, gedung ini sudah terlihat megah dan ketika dekat ternyata semakin indah. Saya sempat membaca papan peresmian gedung di depan museum oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tak lupa kami mengambil gambar di depan museum. Dan lagi – lagi saya jadi modelnya.^_^

Gambar 5 a


Gambar 5 b

Gambar 5 c


Gambar 5 d

Gambar 5 (a-d) Bagian depan Museum Karst Dunia


Kami berdua masuk ke dalam museum. Seorang satpam dengan ramah menyambut kedatangan kami. Setelah menyerahkan tiket masuk, kami dipersilakan masuk ke dalam museum mengikuti arah panah yang ada. Saya sungguh kagum. Suasana di dalam sunguh nyaman. Berbagai koleksi museum yang ditampilkan tertata rapi. Saya lalu berjalan untuk menyusuri dan melihat koleksi museum yang indah dan penuh ilmu pengetahuan, khususnya tentang dunia karst.


Gambar 6a Gambar 6b


Kami menjumpai model stalagtit dan stalagmit gua di bagian dalam museum. Model tersebut terpajang di bagian depan ruang museum. Kami lalu berjalan ke museum sayap barat. Di sana terpampang peta daerah karst di Indonesia yang disertai dengan lampu – lampu indah sebagai petunjuk dan alat penerang. Di lantai 2 in juga dijumpai berbagai insektarium kupu – kupu, kelelawar dan hewan lain. Setelah puas berkeliling, kami melanjutkan perlajanan ke lantai 2.

Bagian museum di lantai 2 ini banyak dijumpai model batuan karst yang berukuran besar. Ada tiruan gua karst di sana. Saya sempat kaget ketika menjumpai seorang laki - laki tanpa busana sedang duduk di dalam gua. Ternyata orang itu hanyalah patung tiruan. Oktri menertawakan saya karena kejadian itu.


Gambar 6c Gambar 6d



Gambar 6e Gambar 6d



Gambar 6e Gambar 6f




Gambar 6g



Gambar 6h


Gambar 6. Bagian dalam Museum Karst Dunia


Pukul 11.15 kami keluar dari museum. Oktri lalu mengajak saya melanjutkan perjalanan. Oktri mengajak saya menuju pura di atas bukit. Kami sempat ragu saat akan ke sana. Maklum jalan menuju pura mendaki dan curam. Saya takut tidak kuat karena sedang berpuasa, lama tidak berolahraga, dan matahari hampir tepat di atas kepala. Lagi – lagi Oktri berhasil meyakinkan saya. “Sayang lho Mbak kalalu sudah sampai sini tapi tidak ke pura”, ucapan Oktri saat itu. Akhirnya saya meyakinkan niat untuk pergi ke pura.


Jalan menuju pura mendaki tajam. Jalannya dibuat undakan dari semen. Baru seperempat perjalanan, saya sudah nggos-nggosan. Saya berhenti sebentar, mengatur nafas dan mencoba melangkahkan kaki kembali. Ketika sudah lebih dari setengah perjalanan, nafas sudah terdengar tidak karuan. Ingin rasanya saya berhenti di situ, namun Oktri terus member semangat. “Mbak ayo sedikit lagi kita sampai, nanti kita bisa istirahat di atas. Kita akan terasa semakin lemah kalau berhenti.”


Gambar 7. Jalan menuju pura


Perjuangan saya akhirnya berhasil juga. Kami berhasil mencapai puncak bukit. Saya duduk di bawah pohon, melepas lelah. Seiring sepoi angin, deru nafas mulai teratur. Dahaga dan pening kepala mulai menghilang. Setelah keadaan membaik, kami berjalan menuju pura. Pura yang ada di atas bukit ini kurang lebih berjumlah 5 buah. Tiga buah berukuran besar sedang yang lain berukuran kecil. Pura ini digunakan sebagai tempat ibadah umat hindu yang berada di daerah Praci dan sekitarnya.


Gambar 8a



Gambar 8b



Gambar 8c



Gambar 8d


Gambar 8. Pura Pracimantoro


Seusai menikmati keindahan pura dan pemandangan di atas bukit, Oktri lalu mengajakku menuju gua. Namun saya menolak karena jujur sudah tidak kuat lagi. Akhirnya kami menuruni bukit. Sesampainya di bawah ternyata Oktri mengajak saya mampir ke gua lain yang tidak jauh dari situ. Kata Oktri tidak jauh, akhirnya saya ke sana juga. Benar, letaknya tidak jauh. Selain itu ada sumber air di dalam gua. Saat kami ke sana, ada seorang ibu dan anak kecil sedang mencuci pakaian di dalam gua. Oktri akhirnya menunggu di luar gua, saya sendiri masuk ke dalam gua. Saya menyapa ibu tersebut. Menurut beliau memang benar gua tersebut sering digunakan untuk mencuci dan mandi. Ada mata air namun terletak di bagian dalam gua. Saya menengok ke arah yang ditunjuk ibu tersebut. Hanya gelap yang terlihat. O ya di dalam gua itu, banyak sekali dijumpai sampah plastik detergen. Sayang juga gua itu jadi kotor. Saya lalu kembali ke luar gua, tak lupa saya berpamitan kepada ibu tersebut.


Kami berdua lalu berjalan menuju parkiran motor. Tempat selanjutnya yang kami tuju adalah rumah Oktri. Rumah Oktri terletak di jantung kota Praci,lebih tepatnya di depan terminal bus Praci. Sesampainya di sana, saya disambut hangat oleh ibunda Oktri. Setelah itu saya mengambil air wudhu. Airnya segar dan dingin, sangat nikmat dibasuhkan ketika wudhu, apalagi setelah menempuh perjalanan di siang yang terik ini. Saya kemudian menunaikan solat duhur.


Setelah solat duhur, Oktri mengajak saya duduk istirahat di ruang aula rumahnya. Rumah Oktri luas dan bangunannya masih arsitektur jaman dahulu. Ada halaman dengan atap terbuka di bagian tengah rumah. Di tempat itu Oktri menempatkan berbagai pot dengan bunga yang bermacam – macam. Selain itu, kegiatan menjemur pakaian dilakukan di tempat itu.


Setelah cukup lama duduk beristirahat, Oktri mengajak saya melihat tamannya yang breada di samping rumah. Sebelum menuju taman, saya bertemu dengan ayah Oktri. Sayapun bersalaman dan mengobrol sejenak. Alhamdullilah ayah Oktri sudah bisa berjalan dan kesehatannya mulai membaik. Jauh berbeda dengan keadaan beberapa bulan yang lalu, ketika beliau dirawat di rumah sakit.


Kami lalu menuju taman Oktri yang ada di samping rumahnya. Saya senang diajak ke taman itu. Berbagai tanaman tumbuh dengan subur di taman itu dan itu semua adalah hasil karya Oktri. Dia lalu menunjukkan berbagai tanaman koleksinya lengkap dengan nama, waktu menanam, dan asalnya. Setelah melihat berbagai tanaman, kami lalu duduk di bangku kayu yang ada di bawah pohon alpukat. Enak juga duduk di sana. Sejuk karena rindang pohon.


Sekitar pukul 1 siang, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Enri. Enri adalah teman kuliah kami. Rumahnya sekitar 7 km di sebelah timur rumah Oktri. Tepatnya terletak di daerah Giritontro. Kami menuju rumah Enri, melewati jalan aspal yang penuh tambalan dan bergelombang. Akhirnya kami sampai di rumah Enri. Untungnya Enri ada di rumah. Kamipun melepas lelah sambil mengobrol dan menukar fili – filel lagu islami di sana. Tak ketinggalan Oktri meminta bibit tanaman di rumah Enri. Pukul 3 kurang seperempat, kami berpamitan pulang. Saya takut kalau pulang kesorean.


Sesampainya di perempatan Praci, saya melihat bus yang akan saya tumpangi baru ngetem. Saya ke rumah Oktri dulu untuk mengambil mantol dan berpamitan kepada keluarga Oktri. Oktri lalu mengantar saya ke tempat pemberhentian bus. Namun sesampainya di sana, busnya sudah berangkat. Kami bertanya kepada seorang bapak, bus selanjutnya akan datang pukul setengah empat. Akhirnya saya menyuruh Oktri pulang dan saya akan menunggu bus.


Saya duduk sendirian di pinggir perempatan Praci. Sambil menunggu bus, saya mengamati berbagai keadaan di sana. Arus lalu lintas cukup ramai. Kota Praci menghubungkan berbagai daerah seperti Wonogiri, Wonosari, dan Pacitan. Tak jauh dari tempat saya duduk, ada seorang bapak yang sedang mengerjakan pesanan kunci. Beliau membuka jasa servis/juru kunci tepat di sebelah barat perempatan. Tak berapa lama, ada seorang bapak tukang becak menuju gardu yang tak jauh dari tempat saya duduk. Ia membuka barang yang ada di gardu tersebut. Ternyata itu adalah es batu balok. Bapak tersebut lalu mengangkut es tersebut dengan menggunakan becak. Entah es tersebut digunakan untuk minuman atau pengawet ikan.


Waktu terus bergulir. Waktu telah menunjukkan pukul 15.40. Bus yang saya tunggu tidak datang juga. Ketika saya menunggu bus, Oktri tak henti – hentinya menanyakan kabar sudah dapat bus atau belum. Dia akan mengantar saya ke Bedoyo kalau sampai jam 4 tidak dapt bus. Saya tidak enak dengan Oktri. Kasihan jika harus mengantar saya ke Bedoyo.


Bus yang saya tunggu tak kunjung datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Oktri sms menanyakan saya sudah dapat bus apa belum. Saya bingung mau membalas bagaimana. Kalau saya jawab belum dapat bus, dia pasti datang dan akan mengantarkan saya ke Bedoyo. Saya tidak enak sudah ngrepoto dia terus. Saya juga takut mengganggu aktivitasnya mengajar TPA. Namun kalau kujawab tidak, saya takut tidak dapat bus dan pulang kemalaman atau bahkan tidak bisa pulang. Akhirnya saya menjawab jujur kalau bus belum datang.


Pukul 4 lebih 10 menit, Oktri datang. Dia sudah siap mengantarkan saya ke Bedoyo. Namun saya masih ragu dan tidak enak merepotkkan Oktri terus. Tapi akhirnya Oktri mengantar saya ke Bedoyo. Di Bedoyo nanati, saya akan dijemput bapak. Goob bye Praci….Thanks to Oktri + family and Enri…

~~~~~^^^~~~~~

Friday, August 13, 2010

Oase Ramadhan

Gambar. OASE
( http://akusukamenulis.wordpress.com/2009/11/21/bagiku-ia-adalah-oase/ )

OASE RAMADHAN

bercaping kasih teduhkan gundah
mendayu salah tebarkan resah
padang dosa nan menghampar tinggi
teraliri sejuk oase maaf dari hati

Marhaban yaa Ramadhan

( Cahyani E.R.)
Gunungkidul, Penghujung Sya'ban

Ramadhan

Bulan suci penuh berkah telah tiba. Segenap umat muslim bahagia, termasuk diriku yang mendambakannya. Nuansa syahdu menemani awal puasa ini. Dimulai dengan bersuci diri ( cukup di rumah ) meskipun teman lain beramai - ramai ke tempat pemandian, seperti beton, gunungkendil, pantai, sungai, dsb.

Malam Ramadhan diisi dengan solat taraweh di Masjid Al - Mustaqim di samping rumah. Jarak masjid dengan rumah cukp dekat,mungkin hanya 100 m. Ya, semoga tidak mengurangi pahala. Hehe..Kata Pak Ustad, semakin jauh kita berjalanke masjid, katanya pahalanya semakin banyak. Awal - awal bulan ramadhan, masjid penuh dengan jamaah. Jumlahnya banyak, sampai harus solat di luar masjid. Biasanya setelah solat isya atau setelah selesai solat taraweh ada kultum dari ustad - ustad lokal yan telah dijadwal untuk mengisi pengajian. Selesai solat taraweh, saya dan teman - teman rema tadarus al - quran dulu. Setelah itu makan sisa ta'jilan atau lotesan bareng. Humm..yummi..

Sahur adalah aktivitas rutin selama bulan ramadhan ini ( kecuali yang talah bangun, hihi ). Aku membantu ibu di dapur menyiapkan makan seadanya. Setelah itu, makan sahur bareng bersama bapak dan ibu. Oh nikmatnya...Kami lalu bersama - sama pergi solat subuh ke masjid. Setelah solay subuh, aku pulang ke rumah. Kalau pas lagi malas bisanya tidur lagi. Tapi kalau tidak malas, ya nyapu, nyuci, dll. Tapi aku banyak malasnya, hehe..

Sore hari ba'da asar, aku membantu ibu memasak di dapur. Menu masakan beberapa hari di awal Ramadhan kemarin di antarnaya sayur asem, sop rumput laut, ikan sarden, wader goreng, empal goreng, sambel terasi, sambel bawang, sambel terasi, tempe garit, krupuk, es dawet, es kelapa muda, jus apel, dll.

Awal ramdhan yang indah. Semoga hari - hari ke depan bisa kulaui dengan baik Amin..
Happy Ramadhan..

Sunday, August 8, 2010

Kabar dari Sang Kakek

Kulonuwun...
Kedatangan Sang Kakek siang itu membuat kami seisi keluarga terkejut. Bagaimana tidak, sang kakek yang sangat asing bagi kami, belum kenal sama sekali tiba - tiba membawa kabar yang sangat mengejutkan.
" Pak, Bu..alam marah!"
" Marah bagaimana Kek?"
" Sebentar lagi akan ada gempa besar! Kalau kalian tidak pasang tumbal, gempa akan datang."
" Jangan menakut - nakuti seperti itu Kek."
" Saya tidak menakut - nakuti, ini berita benar."

Beberapa jam kemudian setelah kakek tersebut tidak mampu membujuk kami untuk memasang tumbal maka kakek itupun berpamitan pulang.
" Ya sudah Pak kalau tidak percaya. Saya doakan di daerah ini banyak bencana tapi tetap selamat, " ujar kakek lesu.
" Wah ya jangan begitu Kek, kita berdoanya ya jangan diberi bencana."
" Terserah, sekarang saya minta uang untuk ongkos pulang Pak, " kakek membujuk.

Alhasil ternyata kakek tersebut adalah pengemis yang menyamar sebagai paranormal. Setelah diberi uang, ia pergi entah kemana.