Saturday, September 25, 2010

Sepenggal Kisah Lebaran 1431 H

Idul Fitri merupakan hari yang penuh kenangan bagi hampir semua umat muslim di dunia. Begitu juga dengan diriku, lebaran selalu berkesan di hati. Terlebih bagi para pemudik yang bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman. Kisah ini akan langsung saya mulai dari hari-hari terakhir Ramadhan.

Hari-hari terakhir Ramadhan 1431 H kampung halamanku sudah dipenuhi para pemudik. Begitu juga dengan rumah mbah yang kebetulan bersambungan dengan rumah orang tuaku, sudah didatangi 2 keluarga dari Jakarta. H-3 lebaran jumlah anggota keluarga di rumah sudah 11 orang. Sementara 5 keluarga yang lain masih di perjalanan. Ini merupakan keluarga dari bapak. Semuanya 7 bersaudara.

H-3 lebaran saya, bapak dan ibu pergi ke rumah bude di Sleman. Orang tua ibu sudah meninggal semua. Kini setelah orangtua tidak ada, saudara ibu kalau lebaran jarang mudik, gantian ibu yang sowan ke rumah kakak- kakaknya. Ibuk anak ke-9 dari 9 bersaudara. Ibu juga merupakan anak kembar. Empat saudara dari ibu merantau ke Bandung, 2 Jakarta, 1 Sleman, dan 2 di rumah.Ibu tidak bisa sungkem ke Bandung dan Jakarta, kali ini hanya bisa ke Sleman.Perjalanan ke Sleman diiringi hujan deras. Mobil tua bapak sempat mogok gara – gara hujan. Terpaksa saya dan Pak Saniyo (pakde saya ) mendorong mobil sambil hujan – hujanan. Selain itu arus lalu lintas mulai ramai, untungnya arah ke barat tidak begitu ramai. Di Sleman, kami bisa bertemu pakde, bude, dan adik – adik ponakan. Alhamdullilah sekitar pukul 11 malam kami sampai di rumah dengan selamat.

Gambar 1. Sania, Memei, Calista

H-2 sebelum lebaran rema masjid mengadakan persiapan takbir keliling dan juga pembagian zakat fitrah. Persiapan takbir keliling dilakukan di luar masjid, sementara zakat fitrah dilakukan di masjid. Panitia dibagi 2, satu mengurusi persiapan takbir dan satunya zakat fitrah. Posko zakat fitrah sudah dibuka sejak 2 hari sebelumnya dan akan dibagiakan pada hari itu. Pagi hari saya indang-indang ke rumah Dek Didik, tempat persiapan takbir. Saya hanya sebentar di sana kemudian saya ke masjid yang sedang aktivitas penerimaan zakat fitrah. Sorenya ngaji bersama anak – anak di masjid.

Gambar 2. Para amil sedang menimbang बरस


Gambar 3. Beras siap dibagikan


Gambar 4. Santri – santri bermain dan jajan di halaman masjid


H-1, sejak pagi hari, kami ( khususnya anggota keluarga perempuan ) beraktivitas di dapur untuk mempersiapkan makanan berbuka puasa dan tumpeng untuk kenduri menjelang lebaran. Hari itu kami masak sayur lombok, gudangan, opor, dan ketupat. Tentunya kami memasak dalam jumlah porsi besar karena untuk mencukupi kebutuhan banyak orang. Menjelang asar kami selesai masak. Kegiatanku adalah persiapan takbir keliling.

Ba’da isya, saya berangkat ke masjid. Sesampainya di sana, peserta takbir keliling sudah berkumpul dan mulai naik truk dan kol grumpung (mobil pick up). Saya terlebih dulu ngampiri teman ( Mbak Yuli ). Saya berdua lalu menyusul ke lapangan Ponjong. Rombongan kami termasuk rombongan yang awal datang. Kami mendapat nomor undian 2 ( sesuai kedatangan ). Rombongan lain terus berdatangan menyusul di sebelah barisan kami. Tak lama kemudian, Pak Camat membuka acara ini. Rombongan pertama kemudian diberangkatkan disusul rombongan kami. Saya ikut berjalan di barisan paling akhir sambil membawa lilin. Rute yang kami lewati lapangan ponjong-tugu pasar-bidan sur-balai kerjo-proliman-polsek-tugu pasar-finish di lapangan. Seusai takbir keliling, rombongan kami lalu pulang naik truk dan kol grumpung.

Peserta lomba takbir keliling sungguh kreatif. Ada yang membuat miniatur masjid, ka’bah, tulisan arab, dll. Selain itu lampion – lampion dengan aneka bentuk, memberi cahaya di malam takbiran itu. Menurut saya, rombongan yang barisannya rapi, gerakan bagus, miniatur bagus adalah dari masjid Simo. Lampion dari masjid Bugel Padangan juga unik. Sementara masjidku?hehe..tidak sebagus peserta lain.Tapi tak apalah sebagai penggembira.


Gambar 5. Suasana Takbir keliling


Gambar 6. Suasana Takbir keliling

Hari lebaran, sejak habis subuh sebagian dari kami masak di dapur. (O ya tengah malam tadi, adik bapak yang ke-6 bersama keluarganya datang setelah 2 hari terjebak macet di jalan. Jadi hingga di pagi hari lebaran jumlah anggota keluarga di rumah sudah 18 orang). Sementara sebagian dari kami memasak di dapur, anggota keluarga yang lain bergantian antri mandi. Entah mengapa walaupun kamar mandi sudah ada 3 namun kami semua baru bisa berangkat solat Id pukul 06.35. Tak lupa kami membawa tikar untuk jaga-jaga kalau tikar di masjid tidak cukup. Ternyata benar, tikar dari masjid tidak cukup. Jamaah melimpah ruah hingga ke luar pagar masjid/jalan.

Seusai solat, kami sekeluarga berkumpul di rumah mbah. Mbah kakung dan mbah putri duduk di kursi, sementara anak dan cucu-cucunya satu persatu bersimpuh sambil bersalaman mohon maaf lahir batin. Saya dan bapak ibu tentunya tidak ketinggalan dan tak lupa saya juga mohon maaf kepada bapak ibu.

Acara sungkem selesai dilanjutkan foto-foto bersama keluarga. Namun sayang anak mbah belum semua datang. Kami lalu makan bersama, menunya tentu special. Ketupat dan opor ayam.Hemm..Selesai makan kami mempersiapkan hidangan di ruang tamu karena pasti akan banyak orang berkunjung saat lebaran. Setelah semua beres, kami bersama – sama pergi ke makam kakek, nenek, dan saudara – saudara yang telah meninggal. Sepulang dari makam, saya muter ke rumah saudara dari ibu, mulai dari Wirik, Blimbing, Silingi, Tanggulangin, dan Ngrombo. Saudara di daerah Ngrombo banyak juga yang nasrani. Namun kami tetap menjalin hubungan baik. Layaknya seorang anak yang sudah tidak punya orang tua, ibu sungkem kepada sesepuh di Nggrombo. Sampai di rumah sudah banyak saudara dan tetangga yang datang. Saya mondar-mandir dari rumah mbah dan rumah saya yang berdampingan untuk membuatkan minum tamu. Aktivitas itu berlanjut hingga malam harinya.

Gambar 7

H+2 lebaran, jumlah anggota keluarga di rumah mencapai puncaknya, yaitu 38 orang. Tentunya kami selalu sibuk di dapur untuk mencukupi kebutuhan makan keluarga dan juga untuk tamu luar yang datang. Seharian saya di rumah membantu mbah dan ibu buat minum dan masak. Namun yang paling berkesan adalah, saya bisa kumpul bareng saudara-saudara yang biasanya hanya datang setahun sekali. Apalagi bisa bermain dengan adik-adik ponakan yang lucu-lucu. Mulai dari main badminton, gamelan, petasan, mancing ikan, jalan-jalan ke sawah, mainan api di tungku dapur, bakar-bakaran daun, sampai guling-gulingan di lantai. Sorenya saya diundang ke rumah teman SMP di daerah Blarangan. Ceritanya mau ngajak reuni, tapi yang datang hanya 5 orang. Padahal orangtua Sulis sudah masak untuk kita.






Seusai dari rumah Sulis saya punya keinginan mendatangi teman – teman yang tidak bisa datang. Terutama teman-teman yang sudah lama tidak bertemu dengan saya dan kebetulan pas lebaran ini mudik. Akhirnya saya, Mutia, dan saudaranya pergi ke rumah Way. Sahabatku yang telah lama menghilang. Karena lama tidak ke sana, akhirnya ketemu juga rumahnya. Alhamdlh tidak kesasar. Seusai ketemu Way, saya melanjutkan perjalan ke rumah Tuti di Trenggono. Kebetulan dia sudah pulang dari merangtau ke Malaysia dan Jakarta. Namun sayang sesampainya di sana, Tuti tidak ada di rumah. Saya lalu melanjutkan perjalanan ke rumah Sri. Temanku SMP yang sekarang juga merantau ke Jakarta. Alhamdlh bisa bertemu dengannya. Dari rumah Sri, saya mampir ke rumah Susi. Teman seperjuangan OSIS saat SMP. Saya juga bisa ketemu adiknya.Dulu adik Susi masih kecil terus suka ngajak main dan jailin saya kalau pas lagi main ke rumahnya. E..sekarang sudah besar..hehe. Malu-malu dia ketemu saya..Saya lalu melanjutkan perjalanan sungkem ke rumah Pak Jan (Pembina Pramuka SMP). Kunjungan ke rumah Pak Jan menutup acara muter- muter di sore itu. Lets go home.

H+3 lebaran, saya ikut acara reuni SMA di Simo. Dari jadwal yang ditentukan pukul 1 siang, akhirnya molor menjadi pukul setengah 4 sore. Mungkin hujan deras diwaktu itu menghalangi kedatangan teman-teman. Akhirnya sekitar 55 orang datang dalam acara ini. Walaupun tidak datang semua,namun acara kali ini cukup menarik. Sie acara mengadakan berbagai permainan, diantaranya permainan cerdas cermat ingat2 jaman sma. Pertanyaannya pun seputar kenangan masa sama. Misal, ada berapa jumlah kantin di belakang sekolah?Siapa guru yang wangi?dll. Selain itu juga ada permainan lipsing song. Selesai acara reuni, kami pun pulang diiringi dengan hujan gerimis. Wah mungkin langit menangis karena kita berpisah lagi..hihi. Sesampainya di rumah, saya menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama keluarga. Maklum esok hari, satu-persatu mereka akan kembali pulang ke Jakarta.


H+4 lebaran, satu persatu saudara-saudara saya pulang ke perantauan. Namun masih ada yang tinggal beberapa hari lagi. Kepergian mereka menyisakan kesedihan di hati ini. Kebersamaan bersama keluarga harus kembali dipisahkan oleh jarak Jakarta-Jogja dan juga waktu yang hanya bisa kumpul 1-2x dalam 1 tahun. Senangnya, asyik dapat THR…^.^

Akhirnya waktu berpisah dengan semua saudara tiba. Kini mereka semua telah meninggalkan kampung halaman, kembali ke perantauan. Rumah kembali sepi. Kampung kembali sepi. Tidak ada lagi mobil berseliweran di jalanan kampung. Tidak ada lagi kembang api meramaikan langit kampung yang biasanya gelap. Mbah kakung dan mbah putri hidup berdua kembali. Bapak ibu juga kecuali kalau pas saya mudik di akhir pekan.

Lebaran, sebuah perayaan yang telah diwarnai dengan banyak suka-duka dan berbagai tradisi masyarakat Indonesia. Mulai dari menggadaikan barang, cari utangan, antri tiket, beli pakaian baru, buat berbagai kue dan makanan khas, mengepak barang di koper, menitipkan keamanan rumah, was – was rumah di maling, tidak kebagian tempat duduk di kendaraan umum, bergelantungan di gerbong, mudik naik motor, kecopetan, jadi korban hipnotis, kendaraan telat, jalanan macet, bisa bertemu keluarga di kampung halaman, bersih-bersih rumah karena saudara-saudara mau datang, ke makam, sungkem keliling kampung, syawalan, reuni, cuti kerja, bolos kerja, sampai ada yang yang menjadi korban jiwa. Momentum besar layak kita ambil dari lebaran yang telah diwarnai dengan pengorbanan, suka, duka, pernak-pernik yang paling ramai dan unik di dunia. Mulai dari kebersamaan bersama saudara, berbakti kepada orangtua, menghargai perbedaan, dan tentunya lebih dekat kepada Tuhan. Saya manusia yang jauh dari sempurna. Banyak salah dalam bertindak. Namun semoga hikmah lebaran bisa merasuk ke dalam sanubari. Amin..

1 comment:

  1. saya jadi smakin kangen dengan rumah dek,,, membaca cerita adek yg komplit dan ga jauh beda dengan kondisi kluarga ku di rumah.. hehe..

    terus menulis cerita kayak gini ya... :-)

    ReplyDelete