Sunday, October 17, 2010

Preman Baik Hati


Minggu lalu, diiringi gerimis hujan kota Jogja, aku kembali dari rumah tercinta. Seperti kebiasaan sebelumnya, berangkat dan pulang sendiri, hanya kadang-kadang pulang bareng teman atau saudara. Waktu itu sudah sore, bahkan menjelang magrib aku baru memasuki kota Jogja. Biasanya aku pulang ke kost Jogja lewat jalur Jalan Wonosari - ringroad - Janti - Jalan Solo -  Jalan Gejayan - sampai di kost. Tapi kali ini aku lewat jalan yan gberbeda, yaitu Jalan Gedong Kuning lalu ke kebun binatang Gembira Loka. Hal ini tentunya ada maksud khusus. Ya, aku ingin membeli tanaman sebagi kado untuk Ana dan Oktri. Oktri adalah teman kuliahku dan juga masih saudara meskipun sudah jauh, sedangkan Ana teman SMA hingga kuliah. Mereka berulang tahun dan aku ingin memberi mereka hadiah tanaman. Oktri aku tahu sangat suka tanaman atau mungkin bisa dibilang tanaman holic, sedangkan aAna aku belum tahu. Semoga saja Ana suka.

Aku menghentikan motorku di deretan toko tanaman yang terletak di timur kebun binatang. Sayangnya, toko tanaman itu sudah tutup. Akhirnya aku menemukan satu toko tanaman yang masih buka. Aku lalu menghampiri penjualnya. perasaanku saat itu takut karena di sana sepi dan penjualnya menakutkan. Penjualnya adalah seorang wanita muda dengan postur tinggi besar. Dia memakai kaos hitam dan celana jeans sedengkul dan sobek-sobek. Rambut wanita itu panjang terurai dan dia memakai kalung, gelang serba hitam. 

Di seberang jalan ada banyak penjual makanan angkringan jadi aku agak lega untuk berani turun dari motor danmenghampiri penjual itu. Aku lalu menanyakan tanaman yang ingin aku beli. Aku ingin membeli tanaman yang cocok untuk di tanamn di media jeli. Karena aku akan memberikan hadiah kepada Oktri dan Ana dalam bentuk tanaman yang telah tertanam dengan media jeli. hari Jumat sebelum mudik aku sudah membeli media tanam jeli. Sekarang tinggal membeli tanamannya.

Aku menanyakan ada tidak tanaman bambu jepang. ternyata mbak - mbak penjual itu menanggapinya dengan ramah. Dia lalu mencarikan bambu jepang untukku. Aku menunggu di luar, takut masuk ke dalam karena gelap dan sepi. Beberapa saat kemudian dia keluar dan bilang kepadaku bahwa tanaman bambu jepang tidak ada. Aku lalu menanyakan tanaman alternatif lain yang bisa ditanam di media jeli. Mbak tersebut lalu masuk lagi ke dalam mencarikan tanaman untukku. Kali ini dia minta bantuan temannya. Temannya adalah seorang laki-laki tinggi yang penampilannya juga sama dengan mbak tersebut. Aku semakin takut dan hanya berani menunggu di luar di dekat motor.

Dua penjual tanaman itu cukup lama mencari tanaman di dalam kebunnya. Mereka mencari tanaman dengan bantuan senter karena di dalam kebun gelap. Setelah beberapa saat menunggu, mbak tersebut memanggilku sambil membawakan beberapa tanaman. Dia membawa tanaman Sirih Belanda, bambu modifikasi, dan entah apa yang 1nya saya lupa. Mbak tersebut lalu memasukkan tanaman tersebut ke dalam plastik dan memberikannnya kepadaku. Aku berterimakasih lalu mengeluarkan uang untuk membayarnya. Ternyata uang itu ditolaknya. Tanaman ini diberikan secara gratis kepadaku. Setelah mengucapkan terimaksih, aku lalu pamit pulang dan melanjutkan perjalanan ke kost.

Selama di perjalanan, aku sangat menyesal karena sudah berprasangka buruk pada penjual tadi. Ternyata penampilannya yang seperti preman, tidak selalu menunjukan kalau hatinya jelek. Dia seperti preman, anmaun baik hati. Kejadian sore itu ternyata tidak hanya berhasil medapatkan kado untuk Oktri dan Ana. aku sendiri juga mendapat kado berharga.

No comments:

Post a Comment