Wednesday, October 6, 2010

Sepasang Bebek

Di suatu liburan, aku bersama kakek pergi ke rumah bude di Sleman. Kami berdua naik bus untuk ke sana. Bapak dan ibu tidak bisa ikut pergi bersama kami karena masih banyak pekerjaan di rumah. Bapak hanya mengantarkan kami sampai Branang Wonosari. Kami lalu naik bus tujuan Jogja. Sesampainya di Jogja kami bingung mencari bus tujuan Sleman apalagi saat itu sedang hujan deras. Saat itu kakek sudah berusia sekitar 78 tahun dan aku 7 tahun. Kakek yang sudah tua dan aku yang masih kecil sama-sama bingung untuk mencari bus.

Setelah lama mencari bus, akhirnya bus yang akan kami tumpangi lewat di depan kami. Kami lalu berlarian mengejar bus itu. Untungnya pak kernetnya tahu kalau ada penumpang. Bus itu lalu berhenti menunggu kami. Akhirnya kami berhasil naik bus jurusan Sleman.

Rumah budeku, cukup mudah ditemukan karena dekat dengan pasar hewan dan pasar umum di Tridadi Sleman. Kakek bilang kalau turun di pasar hewan Tridadi Sleman. Kernetnya langsung tahu. Alhamdulilah kami tidak kesasar dan bisa sampai di rumah bude dengan selamat.

Esok harinya, kakek dan bude mengajak kami jalan-jalan ke pasar. Mula-mula kami pergi ke pasar umum kemudian baru pergi ke pasar hewan. Di pasar umum, aku diam saja. Tidak berani minta dibelikan apa-apa. Aku selalu ingat pesan ibu, kalau sudah sampai di Sleman aku tidak boleh merepotkan bude. Tapi ternyata bude malah membelikanku macam-macam barang. Mulai dari mainan sampai makanan jajanan makanan khas sana.

Seusai dari dari pasar umum. Saya dan kakek mampir ke pasar hewan. Sementara bude duluan pulang. Kakek senang melihat beraneka hewan yang ada di sana. Mulai dari kambing, sapi, burung, dll. Perhatianku saat itu langsung tertuju pada sekumpulan anak bebek yang masih kecil-kecil. Aku teringat buku bacaan TK yang menceritakan seorang anak yang memelihari anak-anak ayam. Aku lalu minta kakek dibelikan anak bebek itu. Tenyata kakek menyetujuinya. Kakek lalu membelikanku sepasang anak bebek. Saat itu harga sepasang anak bebek Rp 4000.

Ketika pulang ke rumah bude, seisi rumah kaget kok aku membawa sepasang bebek. Bude menggodaku, ternyata aku lebih memilih bebek daripada berbagai mainan yang ada di pasar umum. Dua hari kemudian aku dan kakek pulang ke rumah di Gunungkidul. Kali ini kami tidak ngebus lagi. Pakde mengantar kami dengan motornya. Pakde terlebih dahulu mengajak kami ke Parangkusumo. Di sana kakek berobat penyakit kulit di kakinya dengan mandi air panas yang ada di sana. Setelah itu Pakde mengantar kami pulang ke Gunungkidul lewat jalur Parangtritis-Panggang. Kakek saat itu masih kuat bonceng, dan aku duduk di tengah. Jalan Parangtritis-Panggang curam dan menanjak. Banyak jurang di kanan kiri jalan. Akhirnya kami sampai rumah dengan selamat.

Sesampainya di rumah, aku langsung memamerkan sepasang bebekku. Bapak dan ibu juga kaget saat aku datang membawa sepasang bebek. Ibu lagi – lagi khawatir kalau nanti aku tidak bisa mengurus bebek. Aku lalu memasukkan bebek ke dalam bekas sebuah kolam yang tidak ada airnya. Lalu di atasnya aku beri jaring agar tidak bebekku tidak bisa keluar. Itulah rumah baru untuk sepasang bebekku.

Aku dengan sehang hati merawat bebek itu. Aku selalu memberinya makan. Tak lupa jika siang aku memandikannya. Bebekku tumbuh besar. Suaranya semakin riuh “kwek-kwek-kwek”. Ibu menyuruhku untuk melepaskan bebek-bebek itu dari kurungannya.

“Adek, bebek-bebek itu sudah besar. Mereka butuh ruang yang lebih luas. Sebaiknya adek lepaskan, biar bebek-bebek itu tidak stress,” ujar ibu.

Aku lalu melepaskan bebek-bebekku. Mereka lalu bermain di halaman rumah. Kadang sampai masuk ke dalam rumah. Namun paling sering mandi di kolam ikan dan sawah belakang rumah. Tiap sore tiba aku harus memasukkan kembali sepasang bebekku ke dalam rumahnya. Aku berlarian menangkap bebek-bebek itu.

Semakin besar ternyata bebek-bebekku semakin sulit ditangkap. Pernah aku berlarian hingga satu jam untuk menangkap bebek-bebek itu. Namun ternyata tidak berhasil dan akhirnya malam itu bebekku tidak tidur dirumahnya. Aku sempat menangis karena tidak berhasil menangkap bebek.

Akhirnya suatu hari ibu menyuruhku untuk menjual bebek itu. Katanya besok ibu akan membelikan bebek-bebek kecil yang baru biar mudah merawatnya. Akhirnya aku menurut dan menjual bebek itu. Kedua bebekku laku Rp 12.000. Wow 2 bulan lalu harganya Rp 4000, sekarang sudah naik. Aku senang sekali lalu menabung uang itu.

Keesokan harinya aku minta ibu untuk membelikan bebek-bebek kecil yang baru. Ibu tenryata menolak permintaanku. Akhirnya aku bertekad mau membeli dengan uangku sendiri namun saat itu belum ada yang jual bebek kecil di sekitar rumah. Akhirnya aku tidak jadi membeli bebek. Hingga saat ini aku sudah idak pernah memelihara bebek lagi. Uang tabunganku, aku belikan peralatan sekolah. Peralatan yang aku beli bergambar bebek. Itu aku lakukan untuk mengenang sepasang bebekku.

No comments:

Post a Comment