Tuesday, February 1, 2011

Boneka Mbah Putri

Malam ini Mbah Putri pulang dari Jakarta. Kami dengan gembira menyambut kedatangannya. Kepergiaan Mbah Putri selama dua minggu telah membuat kami semua rindu. Rindu akan semangatnya, suaranya, tingkahnya yang lucu, dan tentu saja masakannya. Mbah Kakung sepertinya juga tak sabar menunggu kedatangan Mbah Putri. Maklum selama tidak ada Mbah Putri, dapur sepi, tidak ada suara teriakan, tidak ada tingkah manja Mbah Putri kepada Mbah Kakung.

 Selama ditinggal Mbah Putri, Mbah Kakung layaknya pemuda yang sedang ditinggal kekasihnya. Tiap hari telpon Mbah Putri. Trus kalo telpon sambil tertawa-tawa mendengar Mbah Putri cuma bilang hola-halo karena pendengaran Mbah Putri sudah berkurang. Sudah dibelikan alat bantu dengar yang mahal, Mbah Putri malah tidak mau pakai, hehe….
 
 “ Mbah wis maem urung?” tanya Mbah Kakung.
 “ Opo Mbah?” sahut Mbah Putri.
 “ Wis maem urung?” Mbah Kakung mengulangi.
 “ Sarung ?” Mbah Putri bertanya lagi.
 “ Hehehe…” Mbah Kakung tertawa, begitu juga aku dan ibu yang mendengar percakapan mereka.
 “ Mbah ojo rewel yo neng kono,” Mbah Kakung bertanya lagi….dst.

Akhirnya Mbah Putri sampai juga dirumah bersama anak perempuannya, Bude Esti. Mereka berdua naik Kereta Senja dan dijemput bapak di stasiun sore tadi. Kini saatnya kumpul bersama di rumah simbah. Mbah Kakung lalu meledek Mbah Putri, menanggapi Mbah Putri yang datang dari Jakarta. Mbah Putri lalu dengan semangat menceritakan pengalamannya di Jakarta. Di akhir cerita, beliau lalu mengambil sesuatu dari salah satu tas bawaannya. (wuitz…simbah bawa 7 tas dari Jakarta, entah apa isinya) Kami semua dibuatnya penasaran. Dengan wajah gembira, Mbah Putri lalu meletakkan sebuah boneka di atas meja. Ibu heran lalu bertanya,
 
“ Mbah niku bonekane Tiara napa Dewa?”
 “ Dudu, iki boneka sing tuku neng Mall,” jawab Mbah Putri.
 “ O..boneka niku kangge hadiah Quinsa to?” ibu bertanya lagi.
 “ Yo ora, mau mampir neng omahe Quinsa, bonekane ora ditokke, bonekane isih neng tas” Bude Esti menimpali.

Mbah Putri dengan bangganya bercerita bahwa boneka itu bukan untuk siapa – siapa. Boneka itu untuk dirinya sendiri, sebagai oleh-oleh dibawa pulang ke rumah. Saat berjalan-jalan di Mall, Mbah Putri mau dibelikan sandal tapi tidak ada yang cocok. Mbah Putri malah terpikat oleh boneka itu. Saat melihat boneka itu sedang menari – nari di etalase toko, Mbah Putri langsung minta dibelikan boneka itu. Waduh kok malah menyaingi anak kecil ya…^_^ Tapi sebenarnya niatnya baik, bahkan mungkin brilian. Boneka itu mau dijadikan pajangan di rumah. Kalau ada cucu-cucunya yang datang, boneka itu akan dihidupkan agar menari, pasti cucu-cucu akan senang. Kalau sandal di mana – mana ada, tapai kalau boneka unik seperti ini jarang adanya, ucap Mbah Putri. Mbah Putri lalau memencet tombol pada boneka itu. Boneka itu lalu menari dengan lucu. Kamipun hanya tertawa.

Boneka Mbah Putri 
 
 
Mbah Putri memang lucu. Tidak hanya karena boneka ini tapi juga banyak kejadian lain yang lebih lucu. Seperti saat di Malioboro, Mbah Putri merengek minta turun mau beli maianan bentuk tanaman yang bias gerak-gerak karena tenaga surya. Padahal saat itu Mbah Putri mobil baru di tengah jalan raya terjebak kemacetan. Saat aku mudik ke rumah, Mbah Putri sering ngajak muter-muter boncengin pake motor. Aku disuruh nganter ke mana – mana. Paling sering ke ngalas Jambe. Pokoknya lucu sekali Mbah Putri, manja-manja lucu, sedangkan Mbah Kakung jadi sosok yang pengayom, dewasa, dan sabar ngemong Mbah Putri. Hehe jadi kebayang aku besok kalau sudah tua gimana ya?^_^




No comments:

Post a Comment