Saturday, April 30, 2011

Pak Dosen Marah Lagi

Senin adalah hari yang luar biasa. Selalu saja ada kejutan alias bonus alias hadiah yang menanti, hehe.
Senin kemarin7 tidak lolos uji prasyarat biokim.
Senin kemarin6 dimarahi pak dosen.
Senin kemarin6 tidak bisa ngomong waktu disuruh maju ngajar di depan kelas.
Senin kemarin6 dihantui kuliah kewirausahaan.
Senin kemarin5 rekor nulis benang kusut di laporan.
Senin kemarin5 pretest-maju-pretest-maju Metopend.
Senin kemarin5 presentasi Kajian teori.
Senin kemarin4 maju ngajar di depan kelas (lumayan sudah bisa ngomong).
Senin kemarin4 presentasi kewirausahaan.
Senin kemarin4 dimarahi pak dosen lagi.
Senin kemarin3 mainan “ludah sampai aku nangis dan muntah” (unforgettable moment)
Senin kemarin3 ujian kuliah Pak Prof (pak prof materi yang kami pelajari kok malah tidak dikeluarkan…)
Senin kemarin2 ujian Metopend (alhamdulliah bisa dilalui meski mengarang indah, hehe)
Senin kemarin2 main reaksi telur dengan bau menyengat (masker oi..)
Senin kemarin2 mecahin tabung reaksi (bersyukur cuma tabung reaksi, klo mikroskop yang ruah bisa ganti jutaan)
Senin kemarin2 hampir kebakaran, sudah muncul asap gara2 salah reaksi HCL(untung tidak kebakaran)
dan senin kemarin aku dapat bonus lagi. Pak dosen marah lagi, bahkan 3 kali dalam 1 hari di tempat dan waktu kuliah yang berbeda.
Kemarahan pak dosen dimulai pada kuliah kewirausahaan yang dimulai pukul 13.00. Sebelas orang temanku melakukan bolos massal. Ini tidak bisa ditolerir lagi. Belum sempat beliau masuk ke dalam kelas, beliau sudah marah-marah di depan pintu kelas lalu pergi meninggalkan kami. Dua orang temanku lalu pergi menyusul beliau namun beliau sudah menghilang. Kami lalu berunding di dalam kelas untuk memecahkan masalah ini. Dan sungguh aku mendapat bonus lagi. Aku dijadikan tumbal dengan kedok kata perwakilan dari kelas untuk meminta maaf kepada beliau.
“Pak dosen tuh gak bisa marah sama Mbak Aya. Mbak Aya kan lembut jadi nanti Mbak Aya yang minta maaf sama pak dosen yah..” ucap temanku.
“Iya Aya nanti kan kuliah selanjutnya ketemu pak dosen, jadi sekalian mintain maaf ya..”, rayu temanku.
Oh Tuhan…aku tak bisa, aku tak mau..
Namun rayuan dan paksaan teman-teman akhirnya meluluhkanku. Aku benar-benar telah dijadikan tumbal menghadap pak dosen.
Pukul 14.30 aku dan 2 orang temanku sudah siap kuliah, sedangkan teman-teman yang lain belum datang. Karena di dalam kelas masih banyak orang, maka kami bertiga menunggu di depan kelas, duduk di bawah pohon markisa. Kami sudah melihat pak dosen 2 kali lewat depan kelas sambil menengok ke dalam. Setelah beliau lewat untuk ketiga kalinya, kami lalu menghampiri beliau. Malang oh malang…kami bertiga kena marah..
“Ini sudah jam berapa? Aku sudah bolak-balik ngindangi kelas belum ada yang datang!”
“Mana teman kalian? Wis ora sah kuliah wae po?”, ucap beliau sambil meninggalkan kami.
Waduh bagaimana ini. Aku tadi sudah sms teman2 untuk segera datang namun sampai saat ini belum ada yang datang. Hanya ada 1 tambahan orang yang datang. Jadilah kami hanya berempat. Kami lalu masuk kelas. Kami pinjam LCD ke umper, pasang LCD, menghapus papan tulis, nyiapin kapur dan boardmarker. Setelah 10 menit, beberapa teman sudah datang. Salah satu dari kami lalu mencari Pak Dosen untuk berkenan mengajar kami. Alhamdulliah pak dosen ditemukan dan mau mengajar kami.
Seusai kuliah, sesuai amanat dari teman-teman, aku  menemui pak dosen untuk meminta maaf. Namun sayang, pak dosen masih marah…
“Sudah, tak perlu ada maaf-maaf segala..” ucap beliau kasar.
Mukaku langsung berubah muram, menahan tangis. Melihatku begitu pak dosen agak merendahkan suara.
“Aku tidak marah padamu. Aku justru kasihan kepadamu dan juga teman-temanmu yang sudah datang kuliah. Tapi teman-temanmu yang bolos itu lho sungguh kebangeten. Mereka itu sakpenake dhewe nyepeleke wong liyo.”
Beliau lalu pergi meninggalkanku sambl terus marah-marah di jalan.  Aku berdiri termenung. Beberapa temanku lalu datang menghampiriku menanyakan apa yang  telah terjadi.
“Aya pak dosesn kenapa?”
“Pak dosen ngomong apa sama kamu?”
“Sudahlah Aya, pak dosen baru dalam keadaan panas jadi jangan diganggu dulu.”
“Pak dosen baru haid Aya..”
dll..
Aku hanya diam sambil tersenyum menahan tangis. Untungnya aku bisa nahan tidak nangis di sini. Malu dilihat teman – teman. Aku lalu segera beranjak pulang ke kampus. Sayang pintu gedung sudah ditutup karena sudah malam, hampir magrib. Aku lalu memutar jalan mencari pintu yang masih dibuka. Alhmdh masih ada sau pintu yang dibuka di sayap barat gedung ini. Aku lalu berjalan pulang sendirian ke kost karena temanku yang biasanya bareng sudah dijemput pacarnya. Takut juga sih jalan sendirian sudah petang begini. Apalagi lewat jalan dalam kamus FISE yang rimbun pohonya. Selain takut sama makhluk halus, takut juga sama makhluk nyata alias orang. Jangan – jangan aku nanti bisa diculik (lebay, hehe…). Alhamdullilah saya bisa sampai kost dengan selamat, disambut adzan magrib berkumandang.

No comments:

Post a Comment