Monday, February 7, 2011

Bayar SPP

Akhir semester merupakan saat yang menyenangkan sekaligus menyusahkan. Senangnya adalah ketika kita bisa liburan semester, dapat nilai ujian bagus, tidak ada tugas, tidak ada responsi, tidak ada praktikum, dll. Susahnya yaitu kita berpisah dengan teman-teman kuliah, tidak ada uang bulanan, dan harus bayar SPP.

Kali ini aku mau berbagi tentang pengalamanku bayar SPP. Dulu aku bayar SPP tidak perlu minta orangtua, namun satu tahun terakhir beasiswaku tidak lolos. Semester 3 nilaiku anjlok, hehe...sedangkan nilai teman-teman lain malah naik. Mau tidak mau aku harus minta uang ortu untuk bayar SPP. Sebenarnya tidak minta, bapak ibu selalu memberi materi tanpa aku minta. Hikzz...hikzz,...maafkan aku Pak, Bu....

Uang SPP sudah aku dapat, namun aku belum bisa membayarkannya ke bank. Maklum beberapa hari ini aku baru bolak balik kampus-smp 4 wonosari, ngurus persiapan kkn. Akhirnya barulah hari Jumat kemarin aku mau bayar SPP. Itu adalah hari terakhir pembayaran. Sungguh memalukan, baru kali ini bayar mepet. Biasanya hari pertama atau kedua, aku sudah bayar. Bayarnya juga di bank BNI Wonosari, trus diantar ibu. Ibu seneng ikut ke bank BNI. Katanya biar bisa ketemu pegawainya yang ramah-ramah.^_^

Pukul 6 pagi aku sudah mau bersiap mandi. Namun aku masih tertahan malas di kamar mbak Retno. Maklum semalaman bobok nemanin mbak Retno sampai larut. Mbak Retno trauma, semalaman tidak bisa tidur karena laptopnya habis dimaling. Rencana mandiku jadi mundur jam 7. Aku sudah bersiap bawa handuk dan perlengkapan mandi, namun aku kurang beruntung. Air di kamar mandi mati. Hanya tersisa satu ember air. Lalu pas saya udah mau masuk kamar mandi, saudara dek Mutia mau mandi karena udah mau balik ke Wonogiri. Akupun nyuruh dia mandi duluan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. Aku harus segera mandi, biar cepet berangkat ke bank, biar sampai di sana sebelum jam 8 alias sebelum bank buka. Aku menunggu saudara dek mutia dengan putus asa. Kayaknya air satu ember sudah habis untuk mandi. Pompa airpun tak kunjung nyala. Aku duduk di depan kamar, ketika Pak Kos menyapa membawa berita buruk.

"Mbak Cahya maaf nggih pompane nembe didandani. Dadine suwe kayake Mbak."

Aku semakin cemas. Akupun mengambil keputusan kalau aku gak mandiiiii.Hehe.Aku cuma cuci muka dan gosok gigi. Tapi walaupun gak mandi tetep dandan necis, hehe. Jam 7.45 aku sudah siap berangkat. Pintu sudah aku kunci, tinggal pakai sepatu. Tiba - tiba Nela datang mau minta obat sakit mata. Aku kembali lagi ke dalam kamar, nyari-nyari obat. Akhirnya ketemu dan kami berangkat bersama ke bank. Aku dibenceng oleh Nela. Kami sampai di bank pukul 08.05. Kami kaget, antrian sudah panjang banget...huhu..Aku dan Nela lalu antri. Aku antrian sekitar nomor 30. Waduh moga-moga orang-orang disekitarku tidak bau, kan aku belum mandi, hehe...

Aku terus berdiri menanti antrian ini sampai padaku. Sekitar satu jam kemudian aku sampai di depan teller. Deg...hatiku langsung nratap. Petugas telernya mirip banget sama seseorang yang udah lama bertahta di hatiku. Huh...aku sudah susah-susah melupakannya, sekarang aku jadi keingat lagi gara-gara petugas teller itu mirip dia. Aku sampai tak konsentrasi, ngogi ngambil uang. Parah...Akhirnya aku bisa terlepas dari ini semua. Aku sudah selesai bertransaksi dan segera meninggalkan bank. Aku kemudian berjalan sendirian, menusuri jalan gejayan, kembali menuju kos. Di jalan, aku sudah pengen nangis tapi malu banyak orang.

Sesampainya di kos aku nangis terus aku tertidur, dan aku tutup dengan mandi sepuasnya. 
Melupakan semuanya.........

No comments:

Post a Comment