Saturday, February 19, 2011

Kewirausahaan

"Kewirausahaan" oh Tuhan, aku benar - benar salah memilih mata kuliah ini. Bagaimana tidak ketika hari pertama masuk kelas, sang dosen sudah berceramah panjang lebar dan diakhiri dengan rentetan tugas yang menyeramkan. Salahnya diriku sih, waktu krsan langsung asal milih mata kuliah ini sebagai mata kuliah tambahan. Masalahnya kemarin jumlah mata kuliah wajibnya sedikit banget di semester ini. Sayang kan kalau semester ini hanya ngambil sedikit krs. Jadi aku nambal 2 mata kuliah pilihan dari 3 mata kuliah yang disediakan. Kan biar cepat lulus..hehe

Isi ceramah dosen kewirausahaan :
1. perkenalan
2. memuji perkuliahan hari ini masih dihadiri banyak mahasiswa padahal hari pertama masuk kuliah plus hari kejepit
3. menjelaskan aturan perkuliahan (tidak boleh begini, tidak boleh begitu, harus begini, harus begitu )
4. memberi penjelasan awal kuliah kewirausahaan ( kewirausahaan adalah bla..bla..bla..)
5. memberi motivasi yang bikin ati ciut...Pak dosen bener-bener motivator yang baik. Dengan penuh semangat membara dan suara yang lanang, beliau berulang kali meneriakkan kata - kata ini: "MODAL SUKSES WIRAUSAHA KUDU ULET LAN RAI GEDHEK". Pak dosen memotivasi dengan menceritakan berbagai kisah. Ada kisah beliau jualan minuman botol pas acara pendaftaran UMPTN, jasa private ke sana ke mari, usaha alat drum band, usaha kantin sekolah, belanja ke pasar tiap pagi, dsb. Waduh aku benar - benar jadi  minder. Aku tidak punya keberanian menawarkan barang ke orang lain. Aku mengidap penyakit malu. Aku tidak berbakat...wah pokoknya aku bener-bener salah masuk kuliah ini. Tapi mau bagaimana lagi, krsnya sudah tidak bisa dibatalin lagi.
6. Memberi tugas-tugas yang harus dilahap di semester ini, diantaranya presentasi dan diskusi materi, mengajukan proposal PKM-Kewirausahaan, dan yang paling aku takutkan adalah harus jualan produk atau apalah yang penting mengelola usaha. Waduh berarti di semester ini aku harus jualan?!?! Bukannya menganggap jualan itu hal yang buruk..sungguh bukan begitu. Tapi ya itu tadi aku tidak bisa nawar-nawarin barang. Nggak tega, kadang nggak bisa menawar harga, tidak bisa mempengaruhi orang lain untuk beli produk. Aku mending diam ngerjain sesuatu, asal nggak ngomong dengan orang lain, berkoar-koar jualan barang. Waduh kira-kira ada tidak ya usaha yang tidak perlu banyak ngomong??

Padahal sebenarnya sejarah kewirausahaanku tidak buruk juga (cie..bahasanya..). Kelas 4 SD ibu sudah mulai mengajari jualan coklat karena kebetulan di rumahku dulu banyak terdapat buah coklat.  Mula-mula aku harus memetik sendiri buat coklat itu. Kalau buahnya di bagian bawah, aku cukup memetiknya dengan tangan. Kalau buahnya agak tinggi, maka aku harus memanjat pohon untuk memetiknya.hihi…Kalau buahnya terlalu tinggi dan terletak di dahan yang rapuh, maka aku memakai sengget untuk memetiknya. Buah – buah coklat itu aku bawa menggunakan bagor atau ember atau cukup dibawa menggunakan tangan. Buah – buah itu lalu aku kumpulkan di belakang rumah untuk segera di buka dan diambil bijinya. Sebelum berangkat sekolah, aku menjual biji coklat dulu ke pasar pahing yang letaknya di depan balai desa. Aku berjalan riang menyusuri galengan di pinggir sawah. 

Lek niki dikeneken ibuk sade coklat”, ucapku waktu itu. 

Penjual itu langsung tanggap dan menimbang coklatku. Lumayan harga coklat waktu ini masih bagus. Per kg Rp 3500. Harga yang cukup tinggi saat itu. Aku pulang lagi ke rumah setelah berhasil menjual coklat itu. Sesampainya di rumah, aku menyerahkan uang hasil penjualan coklat kepada ibu, mandi (sst..jangan bilang-bilang ya, aku tidak pernah mandi kalau jual coklat ke pasar..hehe), dan siap-siap berangkat sekolah. Tentunya ibu tidak lupa memberiku uang saku hasil penjualan coklat untuk keperluan sekolah, seperti beli buku dan alat tulis. Tapi biasanya uang itu malah aku belikan manik-manik, karet yeye, neker,  sempe, cong, lempeng, dll ( mainan dan jajanan semasa kecil) hehe…

Kisah kewirausahaanku semasa kecilku yang lain adalah jualan kucir rambut. Kisah ini juga terjadi waktu SD kelas 5 dan ini adalah ide mbah putri. Simbah mengajari aku menjahit karena kata beliau, anak perempuan harus bisa menjahit biar tidak malu-maluin kalau jadi istri. Weleh..mbah udah jauh banget pikirannya waktu itu, aku kan masih kecil, masih imut, masih lucu dan belum dong masalah dewasa itu, hehe.  

Simbah mulai mengajariku menjahit dengan mengunakan tangan, kemudian berlanjut mengggunakan mesin jahit. Mula – mula mbah putri hanya mengajari menjahit kantong kain berbentuk segiempat kemudian berlanjut menjahit kucir rambut dari kain – kain bekas. Tadinya cuma iseng belajar menjahit, tapi ternyata hasilnya bagus. Aku semakin semangat karena sudah bisa menjahit kucir rambut. Aku lalu minta semua kain – kain bekas yang ada dan kemudian aku jadikan kucir rambut. Hore..hore..aku bisa jahit kucir rambut!! Kucir – kucir itu aku bungkus menggunakan plastik bekas undangan. Kemudian aku bawa ke sekolah untuk dijual kepada teman-teman. Saat itu tidak ada rasa malu di hatiku, yang ada hanya rasa senang. Apalagi teman-temanku merespon dengan baik. Mereka membeli daganganku. Asyik…^_^ 

Aku juga pernah jualan makanan waktu SD. Nama makanan itu adalah kerupuk kipas. Waktu itu ada saudara yang datang dari Surabaya membawa oleh-oleh kerupuk kipas mentah. Kerupuk itu sebenarnya untuk simbah tapi aku iseng goreng aja untuk coba-coba masak. Waktu kugoreng, kerupuk yang tadinya kecil berubah menjadi besar dan lebar. Pokonya kerupuknya bagus banget. Seumur – umur belum pernah liat kerupuk selebar itu dan berbentuk kipas dengan warna yang indah. Karena terpesona melihat indahnya kerupuk itu, aku jadi punya ide untuk menjualnya ke teman-teman sekolahku. Hasilnya tak jauh berbeda dengan kucir rambut. Lariss maniss.

Kisah lainnya hampir sama dengan jualan coklat. Ibu menyuruh aku pergi ke warung membawa dagangan beras dan kelapa. Karena masih kecil, biasnya ibu hanya menyuruhku membawa 5 beruk beras. Aku biasanya membawanya menggunakan tas lurik abu-abu dan aku gendong menggunakan jarik. Begitu juga dengan kelapa. Aku membawanya dengan jalan kaki ke warung Mbah Adi atau Bu Wasir. Karena berat, biasanya aku berhenti di tengah jalan untuk istirahat, tepatnya di bok kalen Bu Dukuh. Di sepanjang jalan, aku mengingat-ngingat apa aja yang harus dibeli nanti. Ketika aku sudah bisa naik sepeda, barang – barang yang mau dijual aku bonceng di sepeda.  Pernah suatu hari aku ke warung naik sepeda sambil membawa beras. Pulangya aku membawa minyak dan berbagai barang belanjaan yang lain. Sayangnya, aku membawa barang belanjaan tersebut dengan cara dicangklongkan di tangan kiri, sementara tangan kanan fokus memegang stang sepeda. Gubrak…Aku jatuh pas mau sampai di perempatan. Semua barang belanjaan berserakan di jalan. Aku lalu ditolong Pak Yadi yang kebetulan lewat di jalan itu. Tapi untungnya tidak ada yang luka serius, paling lecet – lecet:~

Kuakui massa SD justru lebih banyak yang aku lakukan berkaitan dengan kewirausahaan daripada  massa SMP. Aku benar – benar vakum berwirausaha sewaktu duduk di bangku SMP. Yang ada malah aku sibuk dengan berbagai kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah seperti OSIS, pramuka, drum band, KIR, TPA, cinta-cintaan dan tentunya main ke sana-ke mari. Aku mulai kembali mencoba jualan waktu aku duduk di SMA kelas X. Tadinya tidak ada niatan sama sekali, tapi gara – gara ibu jualan di kantin sekolahnya dan aku sering nganter kulakan ke pasar, maka aku jadi ikut-ikutan. Aku mencoba membawa dagangan manggar, roti, dan biscuit coklat ke sekolah. Mula – mula dagangan laris manis, tapi lama – lama teman-temanku sudah tidak beli lagi karena dagangannya sudah keburu habis aku makan sendiri, wkwkwk…parah. Jadilah aku berhenti jualan.. hehe.. Aku bener – bener tidak bakat jadi wirausahawan. 

Sejak saat itu aku sudah tidak pernah berjualan atau membuka usaha lagi. Apalagi entah sekarang aku malu mau ini itu. Tidak seperti dulu jaman masih SD-SMP aku termasuk anak pemberani dan tidak tahu malu. Tetapi kini aku harus berjumpa dengan kewirausahaan lagi. Kegiatan yang butuh keberanian, keuletan, dan rai gedek seperi kata dosenku. Tapi aku benar-benar malu, aku tak memiliki keberanian. Mau tidak mau aku harus berjuang, mata kuliah itu menanti di semester ini…Semangat..siapa tahu Allah menyediakan rencana lain, siapa tahu aku malah kesasar jadi pengusaha sukses. Tapi sebenarnya aku tidak punya keinginan muluk – muluk. Cukup kuliah ini lancar, aku sudah bahagia..





No comments:

Post a Comment