Wednesday, March 23, 2011

Emas Hidup di Pasir

            “ Kurang ajar!,” bentak Robert sambil menggebrak meja di depannya.

” Sudahlah Robert jangan marah-marah terus, aku sudah bosan

mendengar amarahmu,” ucap Toni.

“ Jadi kamu mau menentangku ya!!! Kamu mau membela anak tukang

rongsok itu ya!!!,” bentak Robert semakin keras.

“ Bukan begitu, mana mungkin aku membela Budi sialan itu.Jangan asal

nroscos donk, ini semua demi kebaikan kita,” Toni membela diri.

“ Kebaikan – kebaikan, jangan sok cari- cari alasan.”

“ Dengarkan aku, kamu tidak boleh marah – marah. Daripada marah – marah

lebih baik kita menyusun rencana untuk memberi pelajaran pada Budi anak tukang sampah itu.”

            “ Apa ??,” tanya Robert dengan nada yang lebih rendah.

            “ Ya, daripada marah – marah lebih baik kamu segera memikirkan cara untuk memberi pelajaran pada Budi”.

            “ Baik, aku terima nasehatmu.Ayo kita segera susun rencana,” sahut Robert.

            “ Tapi kita bicarakan masalah ini di tempat lain saja. Bisa ada yang menguping rencana besar ita kalau kita membicarakannya di kelas ini.”

            “ Kita ke kantin sekolah saja,” ajak Robert. Toni menerima ajakan Robert dengan anggukan kepala.

            Itulah dua preman di SMA 1 Tatama, Robert dan Toni. Keduanya tidak pernah bosan untuk membuat keributan. Mereka sangat sombong dan selalu memamerkan hartanya. Padahal harta yang mereka miliki hanyalah pemberian orang tuanya.

Lain halnya dengan Budi. Dia adalah anak yang baik, pandai, dan sangat anti keributan. Walaupun dia hanya anak tukang sampah, tapi hal itu tidak memenjarakan dirinya untuk bebas mencari ilmu.Maka tak heran jika dia selalu menjadi bintang sekolah.Kedisiplin, keuletan, dan kerja kerasnya membawa Budi pada suatu hal yang membuat bangga sekaligus membimbangkan hatinya.

“ Selamat ya Bud,”  ucap Dani.

“ Majukan sekolah ini, aku percaya kamu pasti bisa!” ucap Tiano.

“ Wah Pak Ketua OSIS...jangan lupakan kita,” Warda tak ketinggalan memberi ucapan selamat kepada Budi.

Teman – teman yang lain juga bergantian mengucapkan selamat kepada Budi yang baru saja terpilih menjadi ketua OSIS. Dia menang mutlak dalam pemilihan Ketua OSIS SMA 1 Tatama dan mengalahkan Robert sang anak jutawan.

“ Terimakasih teman – teman, saya bisa menjadi seperti ini karena dukungan teman – teman semua.Saya akan berusaha sebaik – baiknya untuk memajukan sekolah ini,” Budi menanggapi.

“ Traktir kita donk!!!!” pinta teman – teman.

Dalam hati Budi sudah dipenuhi bertumpuk – tumpuk masalah yang membimbangkannya.

“ Bagaimana aku harus memenuhi permintaan teman- teman.Mana mungkin  aku bisa mengajak mereka makan bakso ataupun soto.Untuk makan sehari, uang pendapatan bapak dan ibu mencari rongsokan saja tidak cukup.Apalagi membelikan teman – teman bermangkok – mangkok bakso.Sungguh hal yang tidak mungkin.Mereka pikir aku sangat suka mendapatkan jabatan menjadi Ketua OSIS di sekolah yang berkelas ini. Mereka tidak memikirkan tanggung jawab seorang Ketua OSIS yang amat berat.Tapi bagaimanapun juga nasi sudah menjadi bubur.Mereka sudah mempercayakan jabatan Ketua OSIS kepadaku .Yang terpenting, aku sekarang harus menjalani semua ini dengan sebaik-baiknya.Anggap saja ini adalah ibadah.”

“ Hai!!,” bentak Warda.            

“ Warda, apa yang terjadi?” Budi terkejut.

“ Tidak ada apa-apa.Aku hanya menkhawatirkan kamu yang melamun dari tadi.Padahal teman-teman lain baru asyik membicarakan terpilihnya kamu menjadi ketua OSIS.”

“ Iya, apa kamu baru ada masalah?” tambah Rama.

“ Oh maaf teman – teman, saya tidak ada masalah kok.Saya cuma, cuma..”

“ Cuma apa?” Endar menyahut.

“ Iya Bud, jujur saja sama kami,” Tiano tak mau kalah.

“ Begini teman-teman, saya tidak punya cukup uang untuk mengajak kalian makan.Kalian tahu kan, untuk makan sehari saja kami masih kesulitan dan..”

“ Wah maaf kami hanya bercanda.Tentunya kami semua tahu kesulitan keluargamu.Malah kami yang akan mengundang kamu beserta keluargamu untuk datang ke rumahku nanti malam.Papa dan mama baru saja pulang dari naik haji, dan kami akan mengadakan syukuran,”  Rama menyela pembicaraan Budi.

“ Benarkah??Terimakasih teman atas semua kebaikanmu.”

“ Santai saja Bud, katamu sesama teman harus saling membantu.”

“ Iya.Sekali lagi  terimakasih teman. Lihat Bu Netty sudah datang, ayo segera masuk ke kelas.”

Budi dan teman –temannya segera masuk kelas.Beberapa saat kemudian bel tanda pulang sekolah berbunyi.Anak- anak berhamburan ke luar ruangan.Kebetulan hari ini adalah hari Sabtu, jadi anak – anak bersemangat sekali untuk pulang ke rumahnya masing – masing. Tentunya mereka ingin menikmati akhir pekannya.Tak

terkecuali Budi.dia juga sangat senang menyambut akhir pekan ini. Dia baru saja terpilih menjadi Ketua OSIS. Malam ini, dia dan keluarganya juga diundang ke pesta syukuran orang tua Rama.Tak heran jika malam itu muncul kesibukan di rumah Budi yang sederhana.

            “ Mbok, Budi pantas tidak memakai pakaian ini?” tanya Budi sambil berdiri di depan kaca lemarinya yang sudah tua.

            “ Budi kamu sudah pantas memakai pakaian itu, sekarang gantian simbok yang bingung.Simbok tidak punya pakaian yang bagus.”

            “ Bapakmu ini juga tidak punya pakaian yang pantas di pakai untuk pergi ke pesta Nak. Daripada bapak simbokmu ditertawakan, lebih baik kamu saja yang pergi ke pesta syukuran orang tua Rama, ” ucap Pak Topo.

            “ Bapak dan simbok ini bagaimana?Kalau ngomong soal pakaian, bukankah pakaian Budi juga cuma seperti ini.Ayolah kita pergi ke pesta, kasihan Rama yang sudah mengundang kita.Asalkan pakaian kita sudah bersih dan sopan, itu sudah cukup.Tapi kalau bapak dan simbok masih tidak berkenan, juga tidak apa – apa.Nanti Budi sendiri yang akan berangkat.”

            “ Ya sudah Budi, bapak dan simbok akan pergi ke pesta.Tapi kamu jangan malu ya,” simbok menanggapi.

            “ Mengapa harus malu, justru orang tua harus kita hormati.”

            Dengan penampilan sederhana, akhirnya Budi dan orang tuanya berangkat ke pesta syukuran keluarga Rama.Mereka pergi ke rumah Rama hanya berjalan kaki. Setibanya di tempat pesta, orang tua Rama beserta teman – teman yang lain menyambut hangat kehadiran Budi dan orang tuanya. Tetapi ada juga yang menyambut dengan muka masam.Mereka adalah Robert, Toni dan teman – temannya.

            “ Eh lihat, rombongan sampah sudah datang!”

            “ Benar Robert, jangan – jangan makanan di sini jadi bau sampah semua,” Toni tak mau ketinggalan.

            “ Bagaimana kalau saat ini anak tukang sampah itu kita beri pelajaran?”

            “ Wah jangan ngawur Bert, kita sekarang di rumah orang,” Roy agak bimbang menerima ajakan Robert.

            “ Dasar tolol!Justru karena sekarang ada di rumah orang dan banyak tamu yang datang kita harus memberi pelajaran pada dia.”

            “ Lalu bagaimana kita memberi pelajaran pada dia?”

            “ Sini kuberi tahu.”

            Robert dan teman – temannya menyusun rencana untuk mencelakakan Budi. Sementara itu, di ruang tengah acara syukuran sudah dimulai.

            “ Memasuki acara yang ke – 5 yaitu hadirin dipersilakan menyicipi makanan seadannya,” ucap seorang pembawa acara berjilbab biru.

            Orang tua Budi mengobrol bersama orang tua Rama. Sedangkan Budi dan teman – teman mengambil makanan dan minuman. Ketika Budi akan mengambil minuman, tiba – tiba datang Robert yang menawarkan minuman.

            “ Budi, ini aku ambilkan minum,” ucap Robert sambil menyodorkan minuman.

            Budi agak curiga melihat tingkah laku Robert. Tidak biasanya robert bertingkah laku semanis itu.

            “ Baiklah, tapi aku ambil minuman yang ada di tangan kirimu saja.Minuman yang kamu sodorkan ini lebih baik untukmu saja.”

            Robert menyodorkan minuman yang ada di tanga kirinya dengan perasaan kecewa.Dia gagal meracuni Budi. Dia dan teman – temannya menyusun rencana lain.

Mereka mengganti saos yang diambil Budi menggunakan cat kayu.Tapi, Budi memang cerdik. Tentunya dia dapat membedakan saos dan cat.Robert dan teman – temannya sangat kesal. Robert dan teman – temannya menghampiri Budi.

            “ He anak tukang sampah kenapa kamu tidak mau makan saos itu!!!” ucap Toni.

            “ Makan saja sendiri, aku masih manusia normal. Aku tidak mau makan cat.”

            “ Kamu mau melawan ya,” Robert membentak.

            “ He Budi, mengapa kamu bisa tau segala hal yang kami lakukan untuk mencelakaimu?Pasti kamu memakai jimat ya!!!!!” Toni menuduh Budi.

            Sejenak Budi berpikir dan akhirnya muncul gagasan di benaknya.

            “ Ya, aku mempunyai rahasia agar aku bisa mengetahui rencana busuk kalian.”

            “ Apa rahasia itu??Cepat beritahu kami!”

            “ Carilah ikan emas yang hidup di pasir. Kemudian makanlah ikan emas itu,” Budi berkata dengan santai. Kemudian dia meninggalkan Robert dan teman – temannya.

            Berbulan – bulan Robert dan teman – temannya mencari ikan itu ke berbagai tempat, tapi tidak mereka temukan juga.

            “ Budi kamu bohong ya! Kami sudah mencarinya ke mana – mana, tapi tidak kutemukan ikan emas sialan itu,” Toni marah – marah.

            Budi tidak berbicara, dia hanya tersenyum.

            “ Jangan tersenyum!Cepat tunjukkan di mana ikan itu,” Robert hilang kesabarannya.

            “ Ikan emas itu ada di dalam otak kalian,” Budi menjawab.

            “ Maksud kamu ?” Roy penasaran.

            “ Kalian pikir donk!Mana mungkin ikan yang bernafas menggunakan insang dapat hidup di dalam pasir. Jadi agar dapat mengantisipasi masalah rahasianya ada di dalam otak kalian masing – masing. Dan keberhasilan itu bergantung pada kemauan kalian semua untuk belajar dan memanfaatkan anugerah yang ada.Kadang anugerah yang telah diberikan, sering kita salah gunakan untuk menindas orang lain. Robert, Toni, dan teman – teman lain, aku yakin kalian bisa menjadi orang yang berguna, pandai, dan disegani siswa lain bila kalian mau memanfaatkan anugerah yang telah ada.Seperti sang ikan yang memanfaatkan insangnya, ” Budi memberi penjelasan panjang lebar.

            Robert dan teman – temannya agak malu. Mereka sadar akan kesalahan mereka selama ini.Disaksikan berpasang – pasang mata dan berjuta – juta bintang nan jauh disana, akhirnya jabat tangan perdamaian yang ditunggu – tunggu datang juga.***



                                               




























No comments:

Post a Comment