Saturday, April 2, 2011

Tamasya ke Poli Bedah Rs Sardjito Part II

Hari ini hari Selasa. Hari di mana jahitan luka bekas operasi Tian akan dibuka. Pagi – pagi setelah mencuci baju, segera kukeluarkan motorku. Bersiap berangkat menuju kost Tian. Belajar dari pengalaman sebelumnya yaitu semakin siang yang datang, semakin banyak antrian yang didapatkan, sayapun berusaha lebih pagi berangkat ke kos Tian lalu menuju RS Sardjito.

Udara pagi nan sejuk dan segar mengiringi langkah kami. Matahari masih bersembunyi di antara mega timur. Jalanan kota Jogja masih sepi, belum banyak kendaraan yang memadatinya. Saya berangkat dengan hati riang namun sepertinya tidak bagi Tian. Dia tentunya masih takut karena luka jahitannya akan dibuka.

Pukul 06.10 menit kami sudah sampai di Rs Sardjito. Ternyata sudah banyak juga pengunjung yang datang ke rumah sakit ini. Saya lalu memarkir motor di dekat pos penjagaan. Helm saya ikatkan pada spion.
Tian mana helmmu, saya ikat di sini,” pintaku.
Ya ampun Cahayak ternyata aku lupa gak bawa helm,” Tian baru nyadar.
“Haa..jadi bonceng dari tadi itu tidak pake helm Tian?” aku kaget
“Iya, dodol banget gue lupa gak bawa helem. Untung gak ada polisi ya Cahayak,” Tian
malu.
“Hehe iya Tian, untungnya tidak ada polisi dan kita selamat di jalan tadi. Ya sudah nanti pulangnya kita lewat jalan alternativ.”

Kami berdua lalu menuju tempat pendaftaran pasien. Ya Allah antrian ternyata sudah cukup
banyak. Tian dapat nomor urut antrian 112. Kami lalu duduk di kursi tunggu. Sambil menunggu antrian, kami mengerjakan tugas Mr. Dadan. Untunglah kegiatan mengerjakan tugas membuat kami tidak terlalu jemu menunggu. Namun ternyata sampai tugas itu selesai kami kerjakan, antrian belum kunjung tiba. Bahkan proses pemanggilan antrian belum dimulai.

Dengan berat hati, aku lalu meninggalkan Tian sendirian menunggu di rumah sakit. Aku harus ke kampus untuk mengumpulkan tugasku dan tugas Tian. Takutnya nanti kami belum selesai urusan di rumah sakit pas kuliah sudah mulai, jadi tugasnya saya titipin duluan ke teman saya. Aku juga harus mengurus beasiswa, maklum ini hari terakhir pengumpulan beasiswa dan banyak syarat-syarat yang belum aku penuhi.

Jadilah pagi itu, tepatnya pukul 07.45 aku mondar-mandir sekitar kampus untuk ngurus beasiswa dan tugas. Alhamdullilah urusan tugas sudah beres. Namun sayang urusan beasiswa masing banyak yang kurang. Tadinya ragu juga mau ngajuin beasiswa apa tidak. Selain karena disindir Oktri habis-habisan karena katanya sudah kaya, anak tunggal, dll juga karena takut IPK saya tidak cukup. Hehe..tapi yang dicoba aja lah..siapa tahu rejeki..

Tak terasa tiba- tiba sudah pukul 09.00, ada kuliah IPA 4. Aku lalu sms Tian sudah sampai antrian berapa. Ternyata baru antrian 30. Akhirnya aku memutuskan ikut kuliah bentar. Satu jam kemudian aku ijin meninggalkan kuliah. Tian sudah sms kalau sudah sampai antrian 100. Aku lalu menyusul Tian ke rumah sakit. Sesampainya di sana, Tian sudah selesai mengurus antrian pendaftaran.

Perjalanan kami lanjutkan ke Poli Bedah Kulit. Ternyata di sini kami juga harus antri dulu. Kami duduk di sebuah kursi kayu berwarna coklat. Sepuluh menit menunggu, kami tak kunjung dipanggil. Setengah jam menunggu, Tian mulai lemas dan tak tahan rasa sakit karena radang tenggorokannya kambuh. Satu jam menunggu, Tian tertidur lemah di kursi coklat itu. Aku bingung dengan kondisi Tian. Saya mencoba memberi Tian biskuit untuk mengganjal rasa lapar dan memberi energy, namun Tian tidak mau karena tenggorokannya sakit. Ya udah deh biskuitnya, aku makan sendiri..hehe..Aku lalu memberi Tian obat hisap pereda sakit tenggorokan, sejenis strepsil gitu,,tapi lupa namanya. Untunglah Tian mau makan permen itu. Aku lalu bertanya kepada petugas administrasi kapan kami diperiksa. Sayang petugas administrasinya hanya memberi jawaban agar kami menunggu saja. Kami lalu duduk menunggu. Saat menunggu kuamati banyak mahasiswa kedokteran sedang co-ass.


Gambar 1. Tian tertidur di kursi ruang tunggu

Gambar 2. Para co-ass dokter

 
Kulihat jam tangan merah di tangan kiriku. Hampir pukul 11 siang. Kami takut juga pemeriksaan diundur nanti jam 1 siang, karena hari ini Jumat, tentunya petugas rumah sakit istirahat dulu untuk Jumatan. Sambil menunggu dalam kecemasan, kulihat 2 pasien yang datang ke arah kami. Ya Allah, seorang pasien laki – laki tua, rambutnya sudah putih, duduk di kursi roda, dengan leher digips, tidak bisa bicara atau mungkin susah bicara, dan tidak bisa menggerakkan leher serta sebagian tubuhnya. Seorang pasien yang lain masih bisa berjalan namun dengan bantuan tongkat dan didampingi saudaranya. Pasien laki – laki itu mungkin berumur 35 tahun, gemuk, dan berkacamata. Hal yang paling membuat aku ngeri adalah kaki kirinya, ya kaki kirinya bengkak dengan luka bakar yang mengerikan…. Ya Allah aku sangat bersyukur telah diberi kesehatan. Sungguh kesehatan adalah anugerah yang berharga…

Pukul 11.15 alhmdlh penantian kami berakhir. Pak Dokter memanggil kami untuk masuk ke ruang periksa. Tak ada 10 menit Tian selesai diperiksa. Kami lalu disuruh menuju ruang penanganan. Waduh…sesampainya di sana, ternyata kita harus antri lagi. Alhamdullillah antrinya tidak lama. Tian segera mendapat penanganan dan kami lalu pulang dengan hati riang, jiwa tenang.^_^


No comments:

Post a Comment